Galungan dan Kuningan - Ritual Tahunan Paling Bermakna di Bali

Galungan dan Kuningan - Ritual Tahunan Paling Bermakna di Bali

by
JOOi team
Published on 03 Jan 2023 at 9:43 AM
Share this post

Galungan merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap enam bulan Bali atau hari ke 210, lebih tepatnya ketika Budha Kliwon Dungulan (Wabu Kliwon Wuku Dungulan) yang merupakan hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Galungan dimaknai sebagai representasi dari terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya, sehingga pada hari tersebut umat Hindu melakukan serangkaian ibadah, prosesi dan ritual untuk membersihkan jiwa dan raga, dilanjut dengan persembahan sesajen teruntuk Sang Hyang Widhi untuk memohon ketenangan, keselamatan dan sebagai ucap syukur atas semua berkat dari Hyang Maha. Perayaan galungan akan identik dengan penjor yang berderet menghiasi sepanjang yang dihiasi dengan buah-buahan, daun kelapa dan berbagai bunga. Penjor memiliki makna kesejahteraan dan kemakmuran yang menjadi doa umat Hindu saat merayakan Galungan. 


Acara ini akan dimulai dengan sesi “Penyekeban” yang biasa dimaknai sebagai “mengekang” merupakan persiapan awal dari Galungan yang dilakukan 3 hari sebelum acara utama. Di hari Penyekeban, umat Hindu harus mampu untuk menahan amarah dan senantiasa mengelola diri, supaya di hari Galungan bisa merayakan dengan penuh kemenangan. 


Di dua hari sebelum Galungan akan ada “Penyajahan” di mana umat Hindu melakukan persiapan pembuatan jajan kue tradisional Khas Bali. Berbagai sarana untuk pemujaan seperti penjor, slepan dan jaja (berbagai kue) seperti jaje uli. Kue warna-warni ini terbuat dari adonan beras ketan, parutan kelapa dan wanginya daun pandan. Penyajahan sendiri dimaknai sebagai waktu untuk berefleksi diri dan lebih hati-hati karena telah berhasil menahan godaan dari Sang Kala Tiga dalam mempertahankan keheningan dan pikiran hasil dari pelaksanaan tapa, brata, yoga, samadhi, atau ayekung jnana. Atas keberhasilan ini lahirlah “Penyajahan” yang bermakna “mengatasi”.


Hari terakhir persiapan dikenal sebagai “Penampahan”, yang biasa diartikan sebagai hari “persembahan”. Pada hari tersebut akan banyak hewan yang disembelih. Dari mulai babi, ayam, itik dan lain-lain (terkecuali sapi).


Berlanjut ke Hari Raya Galungan, akan berlangsung ritual “Ngelawang” yang merupakan pementasan Barong Sang Ghaib, Barong ini akan diarak mengelilingi desa sembari diiringi tabuhan gamelan. Tujuan dari ritual ini adalah untuk mengusir roh jahat. Saat barong berjalan melintasi dusun, penduduk desa menyambut barong di dalam rumah. Tujuan kemunculannya adalah untuk menyamakan keseimbangan kekuatan di rumah dengan memperkenalkan kembali kehadirannya. Orang-orang yang tinggal di rumah itu akan berdoa di depan barong yang menari, dan sebagai gantinya, dia akan memberi mereka sehelai bulunya untuk disimpan sebagai suvenir.


Hari raya ini akan beriringan dengan Hari Raya Kuningan di sepuluh hari kemudian yang dianggap sebagai peristiwa paling sakral. Pada hari khusus ini, umat Hindu percaya bahwa Dewa Tertinggi Sang Hyang Widi akan turun ke Bumi untuk melimpahkan berkahnya kepada semua orang. Selain sebagai ritual yang mengakhiri siklus Galungan, Kuningan menandakan kepergian para dewa dan seluruh leluhur.


Galungan dan Kuningan telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Bali yang memberikan para wisatawan kesempatan terbaik untuk melihat aspek budaya Bali yang paling menarik dan khas. Menyesapi acara Galungan dan Kuningan di Bali takan menjadi kesempatan sekali seumur hidup bagi kamu. Jadi sangat bisa kamu tambahkan ke bucket list mu ya!


tour
JOOi tour
JOOi tour

For best travel experience in Bali

swirl
JOOi pass

For the best benefit pass in town.

JOOi pass